Hari ini 31 Desember 2010, mungkin banyak anak manusia yang berkorban untuk merelakan hari ini bersama keluarganya, bersama teman-temannya, bersama pasangannya, untuk larut dalam suasan kegembiraan akhir tahun namanya.
Mungkin hari ini hari yang romantis bagi seluruh manusia di bumi ini, mereka tertawa, bersama dengan dentuman api unggun yang memesona. Mereka keracunan kebahagiaan pada hari ini.
Tapi tidak dengan ku .
Izinkan aku memanggilmu dengan sebutan sayangku untuk tulisan ini saja.
Mungkin banyak kenangan di 4 bulan kemarin, banyak canda, tawa, haru, dan bahagia. Tapi mana yang dominan ? aku bahagia, kamu tertawa, kita bercanda, atau kita terharukan oleh suasana ? atau malah masing-masing dari kita ada yang dominan untuk satu bentuk rasa tersebut. Ke arah manakah ia ?
4 bulan mungkin waktu yang sangat pendek untuk mu sayangku, setelah kau pernah menyelami 7 tahun lamanya bersama orang yang dekat dengan mu dulu. Tapi 4 bulan itu , penuh kebahagiaan untuk ku, saat kau mmbangunkanku dari tidurku, saat kau mencoba untuk menggelar tawa bersamaku, saat kau coba untuk nikmati hari malam dengan sebatang jagung bakar dalam genggaman. Hanya itu yang perlu aku miliki sayangku, Tidak Lebih.
Kau masih muda, kau masih jelita, mungkin masih banyak yang menyukai dirimu, seluruh perhatian akan datang padamu. Bohong besar kau kekurangan perhatian dari keluarga, perhatian dari teman-teman. Wujud cinta kasih mereka (red-orang tua) itu berupa kamu tercukupi makannya, tercukupi biaya kuliahnya, tercukupinya kehidupan kamu, hingga kamu terhindar dari jebakan sebagai orang miskin. Betapa beruntungnya dirimu, masihkah kau meragukan perhatian mereka, hingga akhirnya kau memungut perhatian dari ku, seorang anak Jakarta, yang sudah asing dengan keberadaan Jakartanya.
Sungguh nelangsa nasib ku ini sayangku, ingin memadu kasih di 31 Desember, ingin memadu kasih di pelataran wisuda kelak. Sungguh nelangsa, tapi aku masih memikirkan nelangsa mu sayangku, bagaimana KKN mu kelak , bagaiamana skripsi mu kelak. Mungkin aku cerita kisah ini hanya ke sebagian orang yang begitu dekat dengan ku, tapi kau mencoba mengikutiku dengan mencoba tanya sana-sini ke temanku, bukankah itu makin menyakitimu, dan makin membuat nelangsa dikirku. Tidakkah kau tau itu, kita ini sama-sama menyayangi, tapi tidak ada satu benang merah pada dirimu, meskipun aku telah menyediakan benang merah itu.
Sayangku, dunia ini cuma sementara, di dunia ini tidak ada yang mudah hanya seperti membalikkan kepalan tangan, begitu juga dengan cintaku ini. Tidak mudah untuk membuangnya, hati ini sudah terlalu hina oleh kaum mu mungkin, mungkin aku akan lebih memilih mengabdi kepada orang tua selama-lamanya kelak nanti.
Tapi aku masih bisa meralatnya suatu hari nanti, jika suatu hari nanti ada wanita yang mengerti keterbatasan pada diriku, berani untuk menjadi miskin, berani untuk menjadi wanita kuat di hari-harinya.
Ikan mu aku beri nama si-Dumdum dan si-Damdam, aku masih ingat status YM mu yang lucu itu, sebuah lagu dari Steven Coconutreez – Mati Rasa mengiringi tulisan ini untuk mu sayangku.